Jumat, 23 November 2012

Deteksi dini dan Komplikasi ibu nifas tentang perubahan payudara merah, panas dan sakit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Pada masa nifas, masalah yang sering timbul antara lain kelainan putting, payudara bengkak, terjadinya pembendungan ASI. Terjadinya masalah tersebut karena beberapa faktor antara lain kurangnya perawatan payudara pada ibu menyusui. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil dan menyusui.

Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak mereka.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan.

Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah melakukan perawatan payudara pada kehamilan dan melakukan Helth Education melalui penyuluhan- penyuluhan pada ibu post partum hari ke 3-6 yang disertai demontrasi cara perawatan payudara setelah melahirkan dengan benar, serta penyuluhan dan peragaan tentang perawatan payudara pada kunjungan masa nifas, dimana penyuluhan tepat pada waktu ibu mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan informasi keterpaduan menalar ilmiah dan sistematis. Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.

Sesudah bersalin, suhu badan ibu dapat naik 0,5 derajat C, tapi tidak melebihi 38 derajat C. Sesudah 12 jam pertama, suhu badan akan kembali normal. Bila suhu melebihi dari 38 derajat C, kemungkinan telah terjadi infeksi. Rasa mulas di perut setelah melahirkan timbul akibat kontraksi rahim dan biasanya lebih terasa saat menyusui. Keluhan ini dapat dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Rasa mulas ini juga dapat timbul jika masih terdapat sisa selaput ketuban, plasenta atau bekuan darah di dalam rongga rahim. Bila mulas tersebut sangat mengganggu, dapat diberikan obat antinyeri dan penenang, supaya ibu dapat beristirahat dan tidur.

Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat merangsang produksi ASI.

 

1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian, penyebab, gejala, pencegahan dan penanganan pada pembendungan ASI

2.      Apa pengertian, penyebab, gejala, pencegahan dan penanganan pada Mastitis ibu nifas?

3.      Apa pengertian, penyebab, gejala, pencegahan dan penanganan pada Abses payudara ibu nifas?

4.      Apa pengertian, penyebab, gejala, pencegahan dan penanganan pada saluran ASI tersumbat?

 

1.3    Tujuan

1.      Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, gejala, dan penanganan pada pembendungan ASI

2.      Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, gejala, dan penanganan pada Mastitis pada ibu nifas

3.      Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, gejala, dan penanganan pada Abses Payudara ibu nifas

4.      Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, gejala, dan penanganan pada Saluran ASI tersumbat

BAB II

LANDASAN TEORI

 

2.1 Pengertian Komplikasi Dini Pada Ibu Nifas

Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang

sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008). 

Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit.

Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.

Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas  dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

 

2.2 Macam Komplikasi Dini Ibu Nifas

1. PERDARAHAN PERVAGINAM

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini :

a.      Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.

b.      Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

c.       Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.

Penyebab perdarahan :

1.        Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan)

2.        Trauma genitalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk section caesaria, episiotomi)

3.        Koagulasi intravascular disetaminata

4.        Inversi uterus

5.        Hemorargi post partum

Penatalaksanaan :

Hemorargi posr partum primer, Hemorargi post partum atonik

·      Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah

Hal yang harus dilakukan :

a.       Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai perdarahan telah terkendali dan keadaan umum telah stabil.

b.      Pada kasus PPH atonik jangan pernah memasukan pack vagina

c.       Jika penolong berada di rumah perlu dilakukan rujukan.  Hemorargi post partum traumatic

d.      Pastikan asal perdarahan

e.       Ambil darah untuk cross check dan lakukan cek kadar Hb

f.       Pasang infuse IV, NaCL atau RL jika pasien syok

g.      Pasien dalam posisi litotomi dan penerangan yang cukup

h.      Perkirakan kehilangan darah

i.        Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kondisi umum

j.        Jahit robekan

k.      Berikan antibiotic

l.        Membuat catatan yang akurat

 

2. INFEKSI MASA NIFAS

·         Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary, payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan malaise. Sedangkan gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC yang mungkin terjadi.

·         Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen

·         Faktor predisposisi : nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, SC

·         Gejala klinis : endometritis tampak pada hari ke 3 post partum disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat celcius dan takikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat uterus yang lembek.

·         Manajemen : ibu harus diisolasi

 

3. SAKIT KEPALA, NYERI EPIGASTRIK DAN PENGLIHATAN KABUR
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.

Penanganan :

·           Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.

·           Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.

·           Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

 

4. PEMBENGKAKAN DI WAJAH ATAU EKSTREMITAS

·         Periksa adanya varises

·         Periksa kemerahan pada betis

·         Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki, kaki oedema (perhatikan adanya oedema pitting)

 

5. DEMAM, MUNTAH, RASA SAKIT WAKTU BERKEMIH

Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-eden, 1982).

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.

 

6. PAYUDARA YANG BERUBAH MENJADI MERAH, PANAS DAN TERASA SAKIT

Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. B.H yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :

·         Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.

·         Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal

·         Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)

·         Panas badan dan rasa sakit umum.

Penatalaksanaan :

·           Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada payudara yang normal.

·           Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.

·           Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position)

·           Pakailah baju B. H yang longgar.

·           Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi

·           Banyak minum sekitar 2 liter per hari

·           Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.

7. KEHILANGAN NAFSU MAKAN

Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyak nya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun terganggu sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu hilang.

8. RASA SAKIT, MERAH, LUNAK DAN PEMBENGKAKAN DI KAKI

Selama masa nifas dapat terbentuk trhombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkinlebih sering mengalaminya.

Faktor predisposisi :

·           Obesitas

·           Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas

·           Riwayat sebelumnya mendukung

·           Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena.

·           Anemia maternal

·           Hypotermi dan penyakit jantung

·           Endometritis

·           Varicostitis

Manifestasi :

·           Timbul secara akut

·           Timbul rasa nyeri akibat terbakar

·           Nyeri tekan permukaan

9. MERASA SEDIH ATAU TIDAK MAMPU MENGASUH SENDIRI BAYINYA ATAU DIRINYA SENDIRI

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.

Faktor penyebab :

·         Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang di alami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan

·         Rasa nyeri pada awal masa nifas

·         Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit

·         Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit

·         Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

 

2.3    Komplikasi, Kelainan Dan Penyakit Dalam Masa Nifas

·  Infeksi nifas

Endometritis

Uterus, tubavalopi, ovarium, pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di sekitarnya dan peritoneum yang menutupi alat-alat tersebut di atas merupakan kesatuan fungsional. Radang dapat menyebar dengan cepat dar kavum uteri ke seluruh genitalia interna. Radang endometrium dinamakan endometritis, radang otot-otot uteru dinamakan miometritsi atau metritis dan radang peritoneum disekitar uterus dinamakan perimetriris.

2.4    Tanda Bahaya Masa Nifas

1.      Infeksi nifas

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyeraapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 ° C yang bukan merupakan keadaan patologis atau penyimpangan pada hari perta. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39° C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.

2.      Penyebab

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen(kuman masuk /datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab terbanyak dari 50 % adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman anaerob yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar Rumah sakit.

3.      Faktor predisposisi infeksi masa nifas

Á    Partus lama, paartus terlantar, dan ketuban pecah lama

Á    Tindakan operatif baik pervaginam maupun perabdominal

Á    Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim

Á    Keadaan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya.

4.      Klasifikasi infeksi nifas

v Infeksi terbatas lokasinya pada perenium, vulva, serviks dan endometrium

v Infeksi yang mneyebar ke tempat lain melalui pembuluh vena, pembuluh limfe dan dendometrium.

 

2.5         Kelainan – Kelainan Lainnya Dalam Nifas

1. Kelainan dalam rahim

a. Sub involusio

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat raahim dari 1.000 gr menjadi 40-60 gr pada 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terhambat. Keadaan demikian disebut involusio uteri.  Pemyebabnya adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus masih teraba besar, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau dan terjadi perdarahan.

 

b. Perdarahan masa nifas

Adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Yang terbagi menjadi perdarahan post partum  primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam pertama, dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.

Penyebab perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan inversion uteri. Sedangkan penyebab perdarahan postpartum sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta, dan infeksi nifas

Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan mengenali resiko perdarahan postpartum (uterus distensi, partus lama, partus dengan uatan), memberikan oksitosin setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir.

 

3. Kelainan dalam nifas

a. Kelainan alba dolens

Kelainan alba dolens merupakan suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya thrombosis atau embolus yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah atau karena pengaruh infeksi atau vena seksi.

Faktor predisposisi adalah usia lanjut, multiparitas, obstetric operatif, adanya varices dan infeksi nifas. Gejala klinisnya meliputi suhu badan naik, nyeri kaki dan betis pada saat berjalan atau ditekan (tanda human) dan bengkak (tumor) kalau ditekan menjadi cekung.

 

b. Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum

Sindroma seehan atau nekrosis lobus depan dari hypofisis karena syok akibat perdarahan persalinan. Hypofisis ikut berinvolusi setelah persalinan karena  syok akibat perdarahan hebat pada hypofifis terjadilah nekrosis pada pars anterior. Mungkin pula nekrosis ini terjadi karena pembekuan intravaskuler menyebabkan thrombosis pada sinusoid hypofisis. Gejala timbul agalaksia, amenore dan insufisiensi hormone pars anterior hypofisis

 

2.6    Jenis – Jenis Infeksi Masa Nifas

1.    Septikemia dan Piemia

Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dan atau toksiknya langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya (paru-paru, ginjal, jantung, otak, dsb)

a.         Gambaran klinik dan diagnosis baik septikemia dan piemiaadalah penyakit berat. Gejala Septikemia lebih akut dari piemia, ibu kelihatan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-40° C, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 x/m atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran menurun dan gelisah.

b.         Pada piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis tidak lama postpartum dan setelah ada penyebaran thrombus terjadi gejala umum seperti di atas.

c.         Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositas, pada kultur darah dijumpai kuman-kuman yang pathogen.

d.        Prognosis  :

Septikemia dan piemia adalah infeksi berat dan angka kematian tinggi, apabila tidak diikuti peritonitis umum. Kadang-kadang walaupun dengan pemberian antibiotic dan upaya yang cukup kematian ibu tidak dihindarkan.

 

2.    Parametriris

Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa jalan :

a.         Dari servisitis atau endometritis yang tersebar melalui pembuluh limfe

b.        Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke perimetrium

c.         Atau sekunder dari tromboflebitis

 

3.    Salfingitis

Salfingitis adalah peradangan adneksa. Terdiri dari salfingitis akut dan kronik. Diagnosis dan gejala klinis hamper sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadi piosalfing.

 

3          PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS

1.         Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang  diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangka dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dukurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalu ini terjadi infeksi akan mudah masuk jalan lahir

2.         Masa persalinan

·           Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah

·           Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama

·           Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.

·           Perlukaan-perlukaan jalan lahir karenaa tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas

·           Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfuse darah

 

3.      Kelainan pada payudara

Bendungan ASI

Bendungan ASI disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan mammae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. Penanganan sebaiknya sdimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan, bila terjadi juga berikan terafi simptomatis atau sakitnya (analgetik) sebelum menyusukan lakukan pengurutan dahulu sehingga sumbatan hilang

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1 PEMBENDUNGAN ASI

1.      Pengertian

Pembendungan asi menurut pritchar ( 2002 ) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan oleh sempurna atau karena kelainan pada puting susu ( buku obsteri williams)

Keluhan ibu menurut prawirohardjo (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga maka berikan terapi simtomati,untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa sehingga sumbatan hilang, kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari.

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (2005) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan,ketika ASI secara normal dihasilkan payudaramenjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan pengisapan yang efektif dan pengeluaran asi oleh bayi. Rasa penuh tersebut pulih dengan cepat namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran asidengan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak,merah dan mengkilap.

Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI adalah

a. Payudara yang penuh terasa panas,berat dan keras.,tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes secara spontan

b. Payudara yang terbendung membesar,membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

(Rustam muchtar.2005.sinopsis obstetri,bandung.eleman)

 

2.              Penyebab terjadinya bendungan ASI

1. Faktor frekuensi menyusui

Bahwa insiden bendungan payudara dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Sejumlah penelitian lainnya mengamati bahwa bila waktu untuk menyusui dijadwal lebih sering terjadi bendungan yang sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi(WHO, 2003). Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan ASI selanjutnya.

2.    Faktor isapan bayi yang tidak aktif

 isapan bayi yang baik pada payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif. Isapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Selain itu, nyeri putting susu akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dan karena itulah terbentuknya statis ASI dan bendungan ASI (WHO).

3.    Faktor posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI. Selain itu, banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain (WHO).

4.    Produksi ASI yang meningkat

Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar maka sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak dan menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.

5.    Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan melebihi kapasitas alveoli untuk penyimpanannya sehingga bila situasi ini tidak di atasi, maka akan menyebabkan bendungan dan mastitis dalam waktu singkat, dan mempengaruhi kelanjutan produksi ASI dalam jangka panjang (WHO).

6.    Pakaian yang ketat

BH yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

7.    Putting susu terbenam

Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

8.    Putting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

 

3.    Gejala Bendungan ASI

·      Payudara terlihat bengkak

·      Payudara terasa keras

·      Payudara terasa panas

·      Terdapat nyeri tekan

 

4. Pencegahan

1.    Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan

2.    Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)

3.    Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi

4.    Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)

5.    Menyusui yang sering

6.    Memakai kantong yang memadai

7.    Hindari tekanan local pada payudara

(Wiknjosastro, 2006)

5. Penanganan

1.      Jika ibu menyusui

a.       Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras

b.      Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif

c.       Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut

d.      Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu

e.       Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui

f.       Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

2.      Jika ibu tidak menyusui

a.    Gunakan BH yang menopang

b.    Kompres dingin pada payudara utuk mengurangi bengkak dan nyeri

c.    Berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

d.   Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara

e.    Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya

·      Terapi dan pengobatan (Prawirohardjo, 2005):

·      Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya 

·      Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care

·      Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres air dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri

·      Gunakan BH yang menopang payudara

·      Berikan paracetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

3.2 MASTITIS

1. Pengertian

Adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktsional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah local didalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.

Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat tehnik menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting, tetapi dalam benak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap dengan infeksi payudara.

Mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pasca kelahiran.

 

2.      Penyebab Mastitis

·                 1. Statis Asi

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat  terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat bila bayi tidak menghisap ASI, yang dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara. Penyebabkan termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, penghisapan yang tidak efektif, pembatasan frekwensi atau durasi menyusui, dan sumbatan pada saluran ASI.

a.          Bendungan ASI

Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat, dan tekanan pada tekanan ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edema.

Baik kepenuhan fisiologis maupun bendungan, kedua payudara biasanya terkena. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting, yaitu:

·      Payudara yang penuh terasa panas berat dan keras. Tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir dengan lancar, dan kadang-kadang menetes keluar sacara spontan. Bayi mudah menghisap dan mengeluarkan ASI.

·      Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema. Putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk mengisap ASI sampai pembengkakan berkurang. Wanita kadang-kadang menjadi demam. Walaupun demikian, demam biasanya hilang dalam 24 jam. 

b.      Frekuensi menyusui

Bendungan payudara dapat dikurangi apabila bayi disusui tanpa batas. Wanita yang menderita mastitis biasanya karena tidak menyusui atau bayi mereka tidak mau menyusu seperti biasanya.

c.       Kenyutan pada payudara

Nyeri puting dan putting peceh-pecah sering ditemukan pada penderita mastitis. Nyeri putting biasa disebabkan karena kenyutan bayi yang buruk sehingga pengeluaran ASI pun tidak efektif.

2.      Infeksi

Organisme paling sering ditemukan pada penderita mastitis adalah Stapylococcus aureus, Staph albus, Escheria colli, dan Streptococcus.

Rute infeksi melalui payudara belum diketahui namun diduga melalui duktus laktiferus ke dalam lobus dengan penyebaran hematogen dan melalui fisura putting susu ke dalam system limfatik.

3.      Faktor predisposisi

·       Umur

·       Paritas

·       Serangan sebelumnya

·       Melahirkan

·       Gizi

·       Fektor kekebalan dalam ASI

·       Stress dan kelelahan

·       Pekerjaan diluar rumah

·       Trauma

 

3.      Gejala Mastitis

Gajala mastitis non infeksius

·      Adanya “bercak panas” atau nyeri tekan yang akut

·      Ada bercak kecil dan keras pada daerah nyeri tekan tersebut

·      Tidak demam

Gejala mastitis infeksius

·      Lemah dan sakit pada otot-otot seperti flu

·      Sakit kepala

·      Demam

·      Terdapat area luka yang lebih luas pada payudara

·      Kulit payudara tampak kemerahan

·      Payudara terasa keras dan tegang (pembengkakan)

 

 

 

 

4.      Pencegahan

Mastitis sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal dan apabila terjadi tanda-tanda mastitis seperti bendungan ASI, nyeri putting, dll segera diobati.

a.       Memberikan pemahaman tentang menyusui

Wanita harus mengetahui mengenai penatalaksanaan menyusui yang efektif dan pemberian makanan bayi dengan tepat. Hal yang harus diperhatikan misalnya:

·       Segera susui bayi setelah proses kelahiran

·       Pastikan bahwa bayi mengenyut payudara dengan baik

·       Menyusui secara eksklusif 6 bulan

·       Atur frekuensi menyusui.

b. Perawatan pada kehamilan dan persalinan

·         Bayi harus di IMD

·         Rawat gabung itu sangat penting

·         Ibu harus mendapat bantuan dan dukungan mengenai tehnik menyusui yang baik

c. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang

·      Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan bayinya

·      Dukung ibu untuk menyusui sesering mungkin

·      Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan maka bantu ibu untuk memeras susu

·      Lakukan kompres pada payudara

d.   Periksa gejala statis ASI

Bila ibu mempunyai gejala statis ASI maka ibu perlu:

·       Beristirahat

·       Anjurkan untuk lebih sering menyusui

·       Kompres panas kompres dingin

·       Pijat lembut pada daerah benjolan saat menyusui

e.       Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan perlu sekali memperhatikan mengenai pencegahan infeksi ini misalnya dengan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, menggunakan sarung tangan DTT bila melakukan tindakan dsb.

 

5.      Penanganan

                                    Jika semua pencegahan telah dilakukan namun mastitis tetap terjadi maka penanganannya harus cepat dan tepat serta cari penyebabnya terlebih dahulu..

            Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam penanganan mastitis

a.       Memberi dukungan

              Mastitis merupakan keadaan yang sangat nyeri sekali sehingga sering membuat ibu depresi dan sangat cemas. Ibu juga akan merasa binggung apakah harus melanjutkan menyusui atau tidak, Tetapi ibu cenderung tidak mau melanjutkan menyusui karena sangat sakit. Maka dari itu ibu harus diberi keyakinan untuk tetap menyusui bayinya dan payudaranya akan pulih kembali.

b.      Pengeluaran ASI dengan efektif

Terapi antibiotic dan simtomatik akan membuat ibu merasa lebih nyaman untuk sementara waktu dan akan semakin buruk bila pengeluaran ASI tidak diperbaiki.

·      Memberi dukungan kepada ibu untuk menyusui bayinya tanpa batas, sesering dan selama mungkin

·      Memperbaiki tehnik menyusui dan kenyutan bayi agar pengeluarannya lebih banyak

·      Peras ASI dengan tangan atau alat pemompa ASI

c.       Terapi antibiotic

Terapi antibiotik biasa dilakukan pada mastitis karena infeksi bakteri. Pemberian antibiotic harus tepat.

Antibiotic

Dosis

Eritromisin

250-500mg setiap 6 jam

Flukloksasilin

250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin

125-500 mg setiap 6 jam peroral

Amoksasilin

250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin

250-500mg setiap 6 jam

 

d.      Terapi simptomatik

Terapi nyeri ini biasanya dengan analgesic. Bisa diberikan ibu profen atau paracetamol untuk mengurangi nyeri. Dan pantau suhu tubuh ibu. Namun istirahat juga sangat penting dipertimbangkan sebaiknya tidur jika mungkin karena dengan berbaring akan dapat meningkatkan frekuensi menyusui dan pengeluaran asi nya juga akan lebih baik.

Tindakan yang lain dapat juga dilakukan dengan kompres hangat-dingin pada payudara untuk membantu aliran ASI namun ibu juga harus minum air yang banyak.

3.3     ABSES PAYUDARA

1. Pengertian

Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh.  peluang kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan  menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista

2.                Penyebab & Faktor Risiko

·      Penyebab

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.

·      Faktor risiko

a.    Diabetes mellitus, selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American College of Surgeons edisi Juli 2010.

b.    Perokok Berat, salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.

c.    Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk 43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.

d.   Faktor berikutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting susu.

e.    Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.

f.     Infeksi setelah melahirkan

g.    Kelelahan

h.    Anemia

i.      Penggunaan obat steroid

j.      Rendahnya sistem imun

k.    Penanaman silicon

3. Gejala dan tanda

·         Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.

·         Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.

·         Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus dan spesies streptokokus.

·         Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak

·         nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk

·          sensasi rasa panas pada area yang terkena

·         Demam dan kedinginan, menggigil

·         Rasa sakit secara keseluruhan

·         Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller,            parasternalis, dan subclavia.

 Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya. Differensial diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinom

 

4.    Pencegahan

·         Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.

·         Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah            menyusui.

·         Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D

·         Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara

·         Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan

·         Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya

·         Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu.

·         Minum banyak cairan

·         Menjaga kebersihan puting susu

·         Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

5.                Penanganan dan pengobatan

Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar :

1.         Teknik menyusui yang benar.

2.         Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

3.         Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

4.         Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

5.         Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.

6.         Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.

7.         Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum. Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal dalam payudara.

Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA. Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.

Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :

·      Pengeluaran susu terhambat  dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa, dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.

·      Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena.

·      Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui.

·      Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

3.4         SALURAN ASI TERSUMBAT

1.        Pengertian

Clogged atau plugged milk ducts adalah saluran asi yang tersumbat sehingga terjadi pembengkakan pada payudara.

Tanda pertama adanya penyumbatan saluran asi adalah munculnya benjolan kecil dan keras yang terasa sakit bila disentuh, atau ada bagian-bagian tertentu pada payudara yang sangat sensitif bila disentuh. Bisa juga muncul perubahan warna pada payudara menjadi kemerahan. Gejala lainnya Anda akan merasa sakit, lemas, dan demam, yang bisa merupakan tanda bahwa telah timbul infeksi akibat penyumbatan ini.

Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain.

2.        Penyebab

Saluran asi dapat tersumbat ketika ASI tidak dikeluarkan seluruhnya. Hal ini bisa disebabkan karena bra menyusui yang tidak sesuai ukurannya, tidak rutin menyusui atau ada jadwal menyusui yang terlewat, pompa asi yang kurang bagus, menderita sakit seperti flu, stres pekerjaan, atau muncul tiba-tiba begitu saja.  Bila tidak segera ditangani, penyumbatan saluran asi dapat berkembang menjadi infeksi payudara yang disebut mastitis. Oleh karena itu, jangan meremehkan gejala-gejala ini.

Selain itu penyebabnya adalah Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan, adanya penekanan saluran air susu dari luar, pemakaian bra yang terlalu ketat.

3.    Gejala
Gejala ini jarang sekali dirasakan antara lain:

·       Pada payudara terlihat jelas dan lunak pada perabaan (pada wanita kurus).

·       Payudara terasa nyeri dan bengkak pada payudara yang tersumbat.

 

4.   Pencegahan

·        Jangan samakan memegang payudara seperti sedang memegang puting

·       Tidak memakai pakaian dalam (bh) atau baju yang ketat, pada saat tur atau sedang menjalankan aktifitas diluar rumah

·       Sebaiknya bayi tidak tidur diatas dada ibunya

·       Atur posisi pada saat menggendong bayi dikarenakan agar tekanan pada payudara dapat berpindah-pindah

·       Posisi menyusi harus dalam keadaan posisi yang benar dan dilakukan secara bergantian atau bervariasi

·       Kompres payudara dengan menggunakan air panas atau air dingin secara bergantian setelah menyusui si bayi

·       Memakai pakaian yang longgar-longgar jika berada didalam atau luar rumah

·       Sering menyusui pada payudara yang tersumbat saluran ASI nya

·       Istirahat yang cukup jangan terlalu kecapean

·       Urutlah payudara yang tersumbat saluran ASI nya

·       Periksalah ke dokter

5.        Penanganan

Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika :

§  Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan :

a.       Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik (lihat lembar informasi “Ketika Melekat/When Lacthing” juga video klip bagaimana melekatkan bayi pada situs nbci.ca)

b.      Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir (lihat lampiran informasi “Penekanan Payudara/Breast Compression” dan video klip bagaimana melekatkan bayi pada situs nbci.ca). Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan saat bayi sedang menyusui.

c.       Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi ”mengarah” pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat membantu.

§  Hangatkan area yang terinfeksi. Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas, tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama.

§  Coba untuk beristrirahat. Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat. Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana

 

 

BAB IV

CONTOH ASKEB

“ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. M

DENGAN BENDUNGAN ASI”

 

I.       Pengumpulan Data Dasar (Tanggal 27 Juni 2007)

A.  Anamnesa

1.      Biodata

Nama                     : Ny. Mirna                  Nama Suami    : Tn. Dani

Umur                     : 21 tahun                    Umur               : 25 tahun

Agama                   : Islam                         Agama             : Islam

Pendidikan                        : SMA                         Pendidikan      : SMA

Suku                      : Jawa                          Suku                : Jawa

Pekerjaan               : IRT                            Pekerjaan         : Pedagang

Alamat                  : Jl. Kenanga No. 3     Alamat                        : Jl. Kenanga

2.      Keluhan Utama

Ibu post partum 3 hari, partus tanggal 24 Juni 2007 mengeluh payudara panas, bengkak, terasa nyeri dan pengeluaran ASI hanya sedikit.

3.      Riwayat Persalinan

a.       Kala I

Lamanya 7 jam berlangsung normal, pengeluaran bload slym

b.      Kala II

Lamanya 30 menit, persalinan spontan perdarahan 100 cc. Kelamin : perempuan, berat badan : 2800 gr, panjang badan : 49 cm, apgar score 8/9 hidup.

c.       Kala III

Lamanya 8 menit plasenta lahir lengkap, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat 15 cm dan perdarahan 100 cc.

d.      Kala IV

Berlangsung normal, kontraksi uterus baik perdarahan 100 cc keadaan umum baik.

4.      Pola Istirahat dan Nutrisi

a.         Sebelum melahirkan : ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang dengan nasi, lauk, sayur dan minum 8-10 gelas / hari

b.         Sesudah melahirkan ibu makan 4x sehari dengan porsi banyak dan minum 10-12 x gelas / hari

5.      Pola Eliminasi dan Hiegine

                                   a.          Sebelum melahirkan

1.        Ibu mandi 2x sehari pagi dan sore

2.        Ibu BAB 2x sehari BAK 6-8 x/hari

                                   b.          Sesudah melahirkan

1.        Ibu mandi 2x sehari pagi dan sore

2.        Ibu BAB 2x sehari dan BAK 8-10x sehari

6.      Data Psikologi

a.         Ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini

b.         Ibu merasa takut kebutuhan ASI untuk bayinya tidak mencukupi

7.      Pemeriksaan

a.       Pemeriksaan

1)      Keadaan umum     : baik

2)      Tekanan darah       : 120/80 mmHg

3)      Pols                       : 80 x/mnt

4)      RR                         : 20 x/mnt

5)      Temp                     : 37,80C

6)      Berat Badan          :  53 kg

b.      Pemeriksaan Fisik

1)         Kepala                : rambut hitam, bersih, sedikit rontok dan tidak berketombe

2)         Muka                  : tidak ada oedem  

3)         Mata                   : conjungtiva merah muda, sklera anikterik

4)         Hidung               : bersih, tidak ada polip

5)         Mulut dan gigi    : mulut dan lidah bersih tidak ada scorbut, gigi bersih tidak ada caries    

6)         Telinga                : simetris, bersih

7)         Leher                  : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

8)         Dada                   :pada simetris kanan kiri, payudara membesar, bengkak dan merah mengkilap. Tidak terdengar bunyi ronchi atau whezing, juga tidak terdengar mur-mur.

9)         Perut                   : tidak ada bekas operasi, konsistensi keras, tinggi fundus uteri 3 jari bawah pusat

10)     Ano Genetalia    : tidak ada oedem dan varises, tidak ada hemoroid simetris

11)     Estremitas           :

§  Ekstremitas atas : pergerakan baik, jari-jari lengkap tidak ada  cacat

§  Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada oedem, pergerakan baik

II.  Interprestasi Data Dasar

1.      Diagnosa

Ibu post partum hari ke-3 dengan bendungan ASI

Dasar :

a.    Payudara membengkak, nyeri, dan merah mengkilap

b.    Suhu tubuh 37,80C

c.    ASI keluar sedikit-sedikit

2.      Masalah

Bendungan ASI

Dasar :

a.    Payudara membengkak, nyeri, dan merah mengkilap

b.    ASI keluar sedikit-sedikit

3.      Kebutuhan

Penyuluhan tentang post natal breast care

Dasar :

a.       ASI hanya keluar sedikit-sedikit

b.      Payudara ibu membengkak, nyeri dan merah mengkilap

c.       Ibu post partum hari ke-3

d.      Ibu kurang mengerti perawatan payudara pada post partum

 

III.             Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Potensial terjadi mastitis

Dasar : payudara ibu membengkak, nyeri dan merah mengkilap

 

IV.             Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera dan Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter bila terjadi mastitis yang berlanjut

 

V.                Rencana Managemen

1.        Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini .

2.        Observasi pengeluaran lokhea ibu

3.        Jelaskan manfaat perawatan payudara post partum pada ibu

4.        Ajarkan perawatan payudara post partum pada ibu

5.        Observasi cara ibu melakukan perawatan payudara

6.        Jelaskan pada ibu manfaat menyusui yang baik dan benar

7.        Ajarkan ibu menyusui dan posisi menyusui yang biak dan benar

8.        Observasi cara ibu menyusui dan posisi menyusui

9.        Jelaskan pada ibu penyebab rasa nyeri

10.    Ajarkan ibu cara mengatasi nyeri

11.    Anjurkan ibu mengatasi rasa nyeri

12.    Observasi cara ibu mengatasi rasa nyeri

13.    Libatkan keluarga dalam mendukung ibu mengatasi rasa nyeri

14.    Beri terapi obat untuk menghilangkan rasa nyeri bila ibu mengalami nyeri hebat

 

VI.             Implementasi Langsung

1.             Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga, saat ini ibu mengalami pembendungan ASI yang menyebabkan payudara ibu membengkak, nyeri dan suhu tubuh ibu meningkat.

2.             Mengobservasi pengeluaran lokhea ibu, jumlah, warna dan bau

3.             Memberikan penjelasan pada ibu tentang perawatan payudara serta menafaatnya dapat memperlancar proses menyusui

4.             Mengajarkan pada ibu perawatan payudara pada ibu dengan melakukan pengurutan payudara dengan mengganak baby oil atau minyak

5.             Mengobservasi cara ibu melakukan perawtan payudara

6.             Menjelaskan pada ibu manfaat menyusui dapat memperlancar produksi ASI, mendekatkan hubungan batin ibu dan bayi serta mengurangi resiko kanker payudara.

7.             Mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar yaitu dengan memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi serta menyusui bayinya sesering mungkin sesuai keinginan bayi

8.             Mengobervasi posisi ibu menyusui bayinya

9.             Menjelaskan pada ibu bahwa rasa nyerinya itu dari bendungan ASI pada payudara.

10.         Mengajarkan pada ibu mengurangi rasa nyeri sebelum menyusui dengan mengkompres payudaranya dengan air hangat, lakukan pengurutan, peras ASI secara manual sebelum menyusui dan membasahi puting susunya sebelum menyusui agar bayi mudah menghisap. Untuk mengurangi rasa nyeri setelah menyusui lakukan pengompresan payudara dengan air dingin dan pakai BH yang menyagnga payudara. Serta anjurkan ibu tetap menyusui banyinya.

11.         Menganjurkan ibu mengurangi rasa nyeri dengan teknik yang sudah diajarkan.

12.         Mengobservasi cara ibu mengurangi rasa nyeri

13.         Melibatkan keluarga dalam masa nifas ibu

14.         Memberikan paracetamol 500 mg untuk mengurangi nyeri dan menurunkan suhu tubuh ibu, bila ibu sudah tidak bisa menahan rasa nyeri

 

VII.          Evaluasi 

S          : Ibu mengatakan sudah mengerti penjelasan yang diberikan bidan

 

O         : Ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan

 

A         : Ibu post partum hari ke –5 P1A0 dengan bendungan ASI

P          :

§  Jelaskan kondisi ibu saat ini

§  Anjurkan ibu tetap menyusui bayinya

§  Anjurkan ibu melakukan perawatan payudara post natal

§  Anjurkan ibu mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan seperti kutu, bayam, pisang dan menganjurkan ibu banyak minum

§  Anjurkan ibu tetap melaksanakan terapi yang diajarkan

 

BAB V

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.

Komplikasi dan penyulit masa nifas yaitu:

1.    Perdarahan pervaginam

2.    Infeksi masa nifas

3.    Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur

4.    Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

5.    Demam, muntah rasa sakit saat berkemih

6.    Payudara yang berubah jadi merah, panas dan terasa sakit

7.    Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

8.    Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki

9.    Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.

Perubahan payudara menjadi merah, panas dan sakit pada ibu nifas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah pembendungan ASI, mastitis, abses payudara, dan saluran ASI tersumbat.

 

5.2    Saran

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam penanganan kasus kompliksi ibu nifas serta dapat mendeteksi lebih dini pada komplikasi masa nifas.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

·         http://andinurhidayah2793.blogspot.com/2012/10/deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas.html

·         http://www.breastfeedinginc.ca/content.php?pagename=doc-BD-M-indo

·         http://maphiablack.blogspot.com/2011/01/asuhan-ibu-nifas-dengan-bendungan-asi.html

·         http://katalogcantik.com/sehat/mengatasi-asi-yang-tersumbat/

·         http://novitasarisobri.blogspot.com/2012/02/cara-deteksi-dini-komplikasi-pada-nifas.html

·         http://sexysmidwife.blogspot.com/2011/10/mastitis-pada-masa-nifas.html

·         http://akubaiq.blogspot.com/2012/07/infeksi-payudara-pada-masa-nifas.html

·         http://deayudistira.blogspot.com/2012/09/askeb-bendungan-asi-pembendungan-asi-1_1357.html

·         http://akbidkerishusada.blogspot.com/2012/07/bendungan-payudara-asi.html

·         Anggraini, Y., 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta

·         Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta

·         Saifuddin, A.B.,2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo, PT Bina Pustaka   Sarwono Prawihardjo, Jakarta